PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEWAN SUGLI PANDU HIZBUL WATHAN PENGHELA DAN PENUNTUN

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Umum
  2. Gerakan Kepanduan HW memberi kesempatan kepada para Pandu HW Penghela dan Penuntun untuk membina dirinya menjadi kader pemimpin, baik untuk lingkungan Gerakan Kepanduan HW maupun lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah dan masyarakat pada umumnya
  3. Salah satu usaha untuk melaksanakan gagasan tersebut dibentuklah Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Penuntun di setiap kwartir
  4. Untuk pengaturan dan pelaksanaan tugas Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Penuntun disusun suatu petunjuk penyelenggaraan
  5. Petunjuk penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman pengelolaan Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Penuntun

 

  1. Dasar

Pedoman penyelenggaraan ini didasarkan pada :

  1. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 92/SK-PPNI-B/l.b/1999, tentang kebangkitan kembali Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dalam Muhammadiyah.
  2. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 10/KEP/I.oB/2003 penyempumaan Keputusan PP Muhammadiyah.

 

  1. Ruang lingkup dan rata unit

Pedoman Penyelenggaman ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW HW Penuntun dengan tata unit sebagai berikut:

  1. Pendahuluan
  2. Maksud dan Tujuan
  3. Tugas pokok, fungsi, dan tanggungjawab
  4. Pengorganisasian
  5. Wilayah kerja, masa bakti, dan hubungan kerja
  6. Pimpinan
  7. Pembagian tugas, fungsi dan mekanisme kerja
  8. Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri dan Putera
  9. Formatur
  10. Penutup

 

  1. Pengertian dan kedudukan

Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun yang selanjutnya disingkat Dewan Sugli adalah suatu wadah pembinaan dan kepemimpinan Pandu HW Penghela dan Penuntun di tingkat kwartir, yang beranggotakan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera dan bersifat kolegial. Dewan Sugli berkedudakan sebagai sebagai badan kelengkapan kwartir yang bertugas membantu kwartir dalam pengelolaan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.

 

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

  1. Maksud

Dewan Sugli dibentuk dengan maksud memberikan kesempatan kepada Pandu HW Penghela dan Pandu Penuntun untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam pengelolaan organisasi, pengembangan bakat kepemimpinan dalam rangka usaha pengembangan pribadi dan pengabdiannya kepada Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, dan pengamalan pada Persyarikatan Muhammadiyah, masyarakat, bangsa dan Negara.

 

  1. Tujuan

Dewan Sugli dibentuk dengan tujuan sebagai wadah untuk pembinaan dan pengembangan kepemimpinan dan kemampuan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun dalam mengelola Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sehingga menjadi kader pemiunpin dan kader pembaharu/ pembangunan untuk masa mendatang.

 

BAB III

TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TANGGUNGJAWAB

  1. Tugas Pokok

Tugas pokok Dewan Sugli adalah :

  1. Melaksanakan Keputusan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera untuk mengelola Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun, sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan oleh kwartirnya.
  2. Menyusun, melaksanakan dan mengelola kegiatan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun sesuai dengan kebijakan yang diganskan oleh Kwartirnya.
  3. Membina Dewan Sugli yang berada di dalam wilayah kerjanya secara koordinatif dan konsultatif.
  4. Memberi saran kepada Kwartir mengenai pembinaan kepemimpinan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.
  5. Membantu Kwartir dalam melaksanakan tugas-tugas Kwartir.
  6. Menyelenggarakan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera di tingkat Kwartirnya.

 

  1. Fungsi

Dalam melakanakan tugas pokok tersebut di atas Dewan Sugli berftmgsi sebagai:

  1. Pelaksana kebijakan Kwartir tentang Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.
  2. Perencana dan penyelenggaraan kepemimpinan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun sesuai dengan keputusan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puten Putera.
  3. Pemberi sumbangan pemikiran dan laporan kepada Kwartir tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penilaian dan pengembangan kegiatan pada umumnya.
  4. Penghubung antara Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya dengan Kwartir yang bersangkutan.
  5. Penggerak Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya dalam melaksanakan kegiatan Kwartir.

 

  1. Tanggungjawab
  2. Dewan Sugli sebagai badan yang bersifat kolegial bertanggungjawab atas segala kebijakannya kepada Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puten Putera sesuai dengan tingkat dan wilayah kerjanya.
  3. Dewan Sugli sebagai Badan Kelengkapan Kwartir bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pokoknya kepada Kwartirnya.

 

BAB IV

PENGORGANISASIAN

  1. Struktur Organisasi
  2. Di tingkat Pusat dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Pusat yang disebut Dewan Sugli Pusat disingkat DSP.
  3. Di tingkat Wilayah dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Wilayah yang disebut Dewan Sugli Wilayah disingkat DSW.
  4. Di tingkat Daerah dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Daerah yang disebut Dewan Sugli Daerah disingkat DSD.
  5. Di tingkat Cabang dibentuk Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Cabang yang disebut Dewan Sugli disingkat DSC.

 

 

 

  1. Wewenang
  2. Wewenang adalah kewajiban dan hak yang dimiliki oleh Dewan Sugli dalam melaksanakan tugas pokoknya.
  3. Wewenang yang dimiliki tersebut adalah

1)    Membuat penjabaran keputusan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun, dan melaksanakannya.

2)    Mengatur penyusunan, pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan oleh Kwartirnya.

3)    Memberi saran kepada Kwartir dalam mengelola Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya.

4)    Membantu Kwartir dalam penehtian dan pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.

5)    Melakukan pembinaan kepemimpinan terhadap Dewan Sugli di wilayah kerjanya secara koordinatif dan kumulatif dengan memberi bimbingan teknis.

6)    Menyelenggarakan Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera.

7)    Menyelesaikan tugas pokok selama masa baktinya.

 

BAB V

WILAYAH KERJA, MASA BAKTI, DAN HUBUNGAN KERJA

  1. Wilayah kerja
  2. Wilayah kerja adalah wilayah berlakunya kewenangan Dewan Sugli.
  3. Wilayah kerja Dewan Sugli sama dengan wilayah kerja Kwartir.

 

  1. Masa bakti
  2. Masa Bakti adalah kurun waktu berlangsungnya suatu Kepemimpinan Dewan Sugli.
  3. Masa Bakti Dewan Sugli adatah sebagai berikut:

1)    Pusat adalah 5 tahun

2)    Wilayah adalah 4 tahun

3)    Daerah adalah 3 tahun

4)    Cabang adalah 2 tahun

 

  1. Hubungan kerja
  2. Hubungan kerja adalah interaksi yang dilakukan oleh Dewan Sugli dalam melaksanakan tugas pokoknya.

 

 

  1. Hubungan dengan Kwatir

Bentuk hubungan kerja Dewan Sugli dengan Kwartir dalam kedudukannya sebagai badan Kelengkapan Kwartir adalah garis hubungan koordinasi, konsultasi dan informasi dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan menilai pelaksanaan tugas pokoknya.

  1. Hubungan antara Dewan Sugli

Bentuk hubungan antar Dewan Sugli adalah:

1)    Hubungan antar Dewan Sugli yang berbeda jajaran yang lebih tinggi ke bawah, berupa garis bimbingan, koordinasi, konsultasi, dan informasi. Sedangkan dari jajaran lebih bawah ke atas adalah koordinasi, konsultasi dan pelaporan.

2)    Hubungan antara Dewan Sugli yang setingkat adalah garis hubungan koordinasi, informasi dan kerjasama.

3)    Hubungan Dewan Sugli seperti yang dimaksud dalam Pedoman 14.c.2) apabila melibatkan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun antara wilayah kerja yang bersangkutan dilakukan dengan sepengetahuan Kwartir yang berkaitan dengan wilayah kerja tersebut.

  1. Hubungan dengan organisasi di luar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.

1)    Dewan Sugli dapat menyelengarakan hubungan kerjasama dengan organisasi di luar Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dengan sepengetahuan Kwartir.

2)    Bentuk kerjasama dan hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan kerja sama tersebut dilakukan dengan sepengetahuan Kwartir.

 

BAB VI

KEANGGOTAAN

  1. Anggota Dewan Sugli

Anggota Dewan Sugli adalah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera yang mempunyai kewajiban dan hak untuk melaksanakan tugas pokok.

 

  1. Persyaratan
  2. Umum

1)    Persyaratan Umum merupakan ketentuan pokok yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi anggota Dewan Sugli

2)    Persyaratan Umum terdiri dari:

  1. a) Belum menikah
  2. b) Sedikitnya telah menjadi Pandu HW Penghela tingkat Taruna Melati Satu
  3. c) Pada saat memulai masa bakti berusia 17 tahun sampai 23 tahun

3)    Usia 17 tahun berarti pada saat dilantik menjadi anggota genap 17 tahun

4)    Usia 23 tahun berarti pada saat dilantik menjadi anggota belum genap 23 tahun

  1. Khusus

Persyaratan khusus merupakan persyaratan tambahan berdasarkan kebutuhan yang ditentukan dalam Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puten Putera selarna tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lain dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.

  1. Pemilih dan Pengangkatan Anggota
  2. Pemilihan Anggota

1)    Pemilihan anggota adalah tata care memilih anggota pimpinan Dewan Sugli.

2)    Pemilihan anggota pada dasarnya dilakukan oleh Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya.

3)    Pemilihan talon anggota ditakukan peserta Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera melalui formatur.

4)    Kesempatan, pembagian tugas, fungsi dan kedudukan setiap anggota ditentukan oleh peserta Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera melalui formatur.

  1. Pengangkatan Anggota

1)    Pengangkatan anggota adalah suatu pelimpahan wewenang yang diberikan kepada anggota Dewan Sugli untuk melaksanakan tugas pokoknya.

2)    Pengangkatan anggota dilakukan dengan surat Keputusan Kwartir

3)    Tata cara pengangkatan anggota diatur oleh Kwartir.

 

  1. Mutasi Anggota
  2. Mutasi anggota adalah perpindahan fungsi dan kedudukan anggota dalam pelaksanaan tugasnya di Dewan Sugli.
  3. Mutasi anggota dapat dilakukan pada seluruh jenis, fungsi dan kedudukan anggota.
  4. Tata cara mutasi disusun oleh Dewan Sugli dengan persetujuan Kwartir.
  5. Pelaksanaan mutasi dilakukan dengan Sumt Keputusan Kwartir.

 

  1. Pemberhentian Anggota
  2. Pemberhentian anggota adalah tindakan yang menghilangkan kewajiban dan hak seorang anggota untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai anggota Dewan Sugli.
  3. Pemberhentian anggota dilakukan apabila anggota:

1)    Menikah

2)    Berhalangan secara tetap sehingga tidak memungkinkan untuk dapat melaksanakan kewajiban dan haknya sebagai anggota Dewan Sugli. Jenis hubungan yang dimaksud diatur lebih lanjut oleh Dewan Sugli yang bersangkutan dengan persetujuan Kwartir.

3)    Mengajukan permintaan sendiri

4)    Melakukan kegiatan yang melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Kode Kehormatan Kepanduan Hizbul Wathan.

  1. Jenis pemberhentian anggota terdiri dari

1)    Pemberhentian dengan hormat

2) Pemberhentian dengan tidak hormat

  1. Pemberhentian dengan hormat dilakukan apabila sesuai dengan Pedoman 19.b.1) dan Pedoman 19.b.2) dan Pedoman 19.b.3)
  2. Pemberhentian dengan tidak hormat dilakukan apabila sesuai dengan Pedoman 19.b.4)
  3. Tata cara pemberhentian anggota diatur oleh Dewan Sugli dengan persetujuan Kwartir.
  4. Pemberhentian anggota dilakukan dengan Surat Keputusan Kwartir.

 

  1. Penggantian Anggota
  2. Penggantian anggota adalah penggantian Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun, dilakukan apabila ada anggota yang diberhentikan dan keanggotaan.
  3. Penggantian anggota dilakukan untuk memberi kesempatan yang lebih banyak bagi Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penunun untuk mengembangkan kepemimpinan dan mengembangkan diri di Dewan Sugli.
  4. Tata cara pengggantian anggota diatur oleh Dewan Sugli yang bersangkutan dengan persetujuan Kwartir.
  5. Penggantian anggota dilakukan dengan Surat Keputusan Kwartir.

 

  1. Kewajiban dan Hak Anggota
  2. Pada prinsipnya sebagai badan yang bersifat kolegial setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama dalam pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.
  3. Dalam pelaksanaan tugasnya anggota dibagi dalam suatu susunan pimpinan.

 

BAB VII

PIMPINAN

  1. Pimpinan
  2. Susunan Pimpinan Dewan Sugli adalah sebagai berikut:

1)    Seorang ketua merangkap anggota

2)    Seorang Wakil Ketua merangkap anggota

3)    Dua orang Sekretaris merangkap anggota

4)    Seorang Bendahara merangkap anggota

5)    Beberapa orang anggota

 

 

Dengan catatan :

Apabila Ketua dijabat oleh Pandu HW Penghela/ Pandu HW Penuntun Putera, maka Wakil Ketua dijabat oleh Pandu HW Penghela/Pandu Penuntun Puteri, dan sebaliknya.

  1. Jumlah anggota Dewan Sugli disesuaikann dengan kebutuhan dan secara keseluruhan berjumlah ganjil (gasal).
  2. Pimpinan Dewan Sugli terdiri atas Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris I, Sekretaris II, Bendahara, dan beberapa orang anggota.

 

  1. Pimpinan Harian
  2. Dalam pelaksanaan tugas administrasi dan kesekretariatan Dewan Sugli dapat membentuk Pimpinan Harian yang terdiri dari beberap anggota Dewan Sugli.
  3. Keanggotaan Pimpinan Harian ditentukan dalam Rapat Pleno Dewan Sugli dan disesuaikan dengan program kegiatan serta kesempatan yang dimiliki anggota Dewan Sugli.
  4. Jumlah dan susunan Pimpinan Harian diatur berdasarkan kebutuhan.

 

  1. Pembidangan
  2. Pembidangan adalah pembagian tugas yang dilakukan sebagai upaya memperlancar pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.
  3. Pembidangan diatur sebagal berikut:

1)    Bidang Kehidupan Islami

2)    Bidang Teknik Kepanduan

3)    Bidang Kegiatan

4)    Bidang Pembinaan dan Kepemimpinan

5)    Bidang Pengembangan, Penelitian dan Evaluasi

 

BAB VIII

PEMBAGIAN TUGAS, FUNGSI DAN MEKANISME BIDANG

  1. Pembagian Tugas
  2. Pembagian tugas merupakan pembagian pekerjaan berdasarkan kedudukan anggota dalam kepengurusan Dewan Sugli.
  3. Pembagian tugas diatur sebagai berikut:

1)    Ketua

  1. a) Memimpin dan mengelola Dewan Sugli
  2. b) Bersama dengan seluruh anggota Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.
  3. c) Mewakili Dewan Sugli sebagai Pemuka yang diandalkan di Kwartimya.

2)    Wakil Ketua

  1. a) Membantu Ketua dalam melaksanakan tugasnya
  2. b) Mewakili Ketua apabila berhalangan
  3. c) Mewakili Dewan Sugli sebagai Pemuka yang diandalkan di Kwartimya

3)    Sekretaris I

  1. a) Melaksanakan mekanisme administrasi khususnya yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat konsepsional.
  2. b) Mewakili Dewan Sugli apabila Ketua, Wakil Ketua berhalangan.

4)    Sekretaris II

  1. a) Melaksanakan mekanisme administrasi khususnya yang berkenaan dengan kesekretariatan
  2. b) Mewakili Dewan Sugli apabila Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris I berhalangan.

5)    Bendahara

  1. a) Mengelola Keuangan dan harta benda Dewan Sugli
  2. b) Mewakili Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris I apabila yang bersangkutan berhalangan.

6)    Ketua Bidang

Membantu Ketua dan Wakil Ketua Dewan Sugli dalam memimpin anggota bidangnya untuk pelaksanaan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan bidang masing-masing.

7)    Anggota Bidang

  1. a) Melaksanakan tugas bidang
  2. b) Bersama-sama dengan Ketua Bidang merumuskan kebijaksanaan bidang.

 

  1. Dalam rangka pembinaan Bina Karya Mandiri, anggota Dewan Sugli menjadi anggota Pimpinan Bina Karya Mandiri Hizbul Wathan di Kwartirnya.

 

  1. Fungsi Bidang

Fungsi Bidang diatur sebagal berikut:

  1. Bidang Kehidupan Islami:

1)    Penguatan Ideologi

2)    Pengamalan Kehidupan Islami

  1. Bidang Teknik Kepanduan

1)    Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kebijaksanaan pembinaan Kepemimpinan dan pengembangan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun secara konsepsional

2)    Memberikan pertimbangan dalam pengembangan pelaksanaan suatu peraturan

  1. Bidang Kegiatan

1)    Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan yang merupakan kegiatan opersional dalam upaya meningkatkan mutu kegiatan operasional Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.

2)    Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan operasional

  1. Bidang Pembinaan dan Pengembangan

1)    Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan yang merupakan kegiatan berbentuk pembinaan dan pengembangan kepemimpinan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.

2)    Bertanggungjawab atas pendidikan dan latihan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.

  1. Bidang Penelitian dan Evaluasi

1)    Memikirkan, merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan peneitian dan evaluasi dalam rangka mendukung pembinaan dan pengembangan kualitas Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun.

2)    Bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan penelitian dan evaluasi.

 

  1. Mekanisme Bidang
  2. Mekanisme bidang merupakan pola interaksi antar bidang dalam melaksanakan fungsinya.
  3. Mekanisme bidang diatur lebih lanjut oleh Dewan Sugli yang bersangkutan.

 

BAB IX

MUSYAWARAH PANDU HW PENGHELA

DAN PANDU HW PENUNTUN PUTERI PUTERA

  1. Pengertian
  2. Musyawarah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puteri Putera yang disebut Musyawarah Dewan Sugli Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun Puten Putera sebagai wahana permusyawaratan untuk menampung aspirasi Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di tingkat Kwartirnya.
  3. Hasil musyawarah Dewan Sugli merupakan bahan pelengkap Rencana Kerja Kwartir yang akan diajukan dalam Musyawarah Kwartir.
  4. Musyawarah Dewan Sugli pada hakekatnya merupakan wahana pembinaan guna memberi kesempatan kepada Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun untuk membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.

 

 

  1. Jenis Musyawarah Dewan Sugli
  2. Musyawarah Dewan Sugli Biasa

Musyawarah Dewan Sugli Biasa adalah musyawarah yang diselenggarakan dalam keadaan terpenuhinya korum dan tepat waktu.

  1. Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa adalah musyawarah yang diselenggarakan dalam keadaan tidak terpenuhinya korum clan tidak tepat waktunya.
  2. Musyawarah Dewan Sugli Istimewa Musyawarah Dewan Sugli Istimewa adalah musyawarah yang diselenggarakan karena ada hal-hal khusus dan istimewa.
  3. 1) Tepat Waktu

Tepat Waktu adalah apabila musyawarah diselenggarakan sesuai dengan waktunya, yaitu pada saat masa bakti Dewan Sugli akan berakhir.

2)    Korum

  1. a) Korum adalah jumlah peserta yang sebenamya hadir dalam musyawarah sehingga memiliki keabsahan.
  2. b) Korum terpenuhi apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah yang harus hadir.
  3. c) Lebih dari setengah jumlah yang harus hadir dihitung dengan cara:

(1) Membagi dua jumlah yang harus hadir ditambah satu

(2) Apabila hasil perhitungan tersebut berupa bilangan pecahan maka diambil bilangan bulat berikutnya.

3)    Hal khusus dan Istimewa

  1. a) Hal khusus yang dimaksud adalah musyawarah di antara waktu pelaksanaan 2 (dua) musyawarah yang berurutan.
  2. b) Hal istimewa yang dimaksud adalah musyawarah dilaksanakan karena adanya hal-hal yang di luar ketentuan yang berlaku yang tidak memungkinkan diselenggarakannya Musyawarah Dewan Sugli Biasa maupun Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa.

4)    Musyawarah Dewan Sugli Istimewa dilaksanakan atas usul sedikitnya dua pertiga jumlah Utusan yang seharusnya hadir.

 

  1. Pelaksanaan Musyawarah Dewan Sugli berdasarkan Keputusan Kwartir

 

  1. Tingkat dan Waktu Pelaksanaan
  2. Di tingkat Pusat diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Pusat selanjutaya disebut Musyawarah Dewan Sugli Pusat yang diselenggarakan setiap 5 (lima) tahun sekali.
  3. Di tingkat Wilayah diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Wilayah selanjutnya disebut Musyawarah Dewan Sugli Wilayah yang diselengarakan setiap 4 (empat) tahun sekali.
  4. Di tingkat Daerah diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Daerah selanjutnya disebut Musyawarah Dewan Sugli Daerah disetenggarkan setiap 3 (tiga) tahun sekali.
  5. Di tingkat Cabang diselenggarakan Musyawarah Dewan Sugli Tingkat Cabang selanjutnya disebut Musyawarah Dewan Sugli Cabang diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali.
  6. Musyawarah Dewan Sugli dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum dilangsungkan Musyawarah Kwartir.

 

  1. Penyelanggara
  2. Penyelenggara adalah badan yang mempunyai kewajiban dan hak untuk menyelenggarakan Musyawarah Dewan Sugli.
  3. Penyelenggara adalah Dewan Sugli yang bersangkutan
  4. Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan persetujuan Kwartir.

 

  1. Peserta
  2. Peserta adalah Utusan yang mempunyai kewajiban dan hak untuk mengikuti Musyawarah Dewan Sugli
  3. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Pusat adalah:

1)    Anggota Dewan Sugli Pusat

2)    Utusan Dewan Sugli Wilayah

  1. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Wilayah adalah:

1)    Anggota Dewan Sugli Wilayah

2)    Utusan Dewan Sugli Daerah

  1. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Daerah adalah:

1)    Anggota Dewan Sugli Daerah

2)    Utusan Dewan Sugli Cabang

  1. Peserta Musyawarah Dewan Sugli Cabang

1)    Angota Dewan Sugli Cabang

2)    Utusan Dewan Kerabat dan Dewan Kafilah

 

 

 

 

  1. Utusan dan Mandat
  2. Utusan

1)    Utusan adalah Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun yang mendapat mandat untuk menyampaikan aspirasi Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun yang berada di wilayah kerjanya.

2)    Jumlah dan persyaratan lain yang berkenaan dengan Utusan diatur lebih lanjut oleh Penyelenggara.

  1. Mandat

1)    Mandat adalah pelimpahan wewenang yang dimiliki oleh peserta agar utusannya dapat melaksanakan kewajiban dan haknya.

2)    Mandat bagi Utusan Dewan Sugli Penyelenggara diperoleh dari Dewan Sugli Penyelenggara

3)    Mandat bagi utusan Dewan Sugli bukan Penyelenggara diperoleh dan Dewan Sugli yang bersangkutan dengan persetujaun Kwartirnya.

4)    Mandat bagi utusan Dewan Kerabat diperoleh dan Dewan Kerabat dengan persetujaun Pemimpin Pandu HW / Qabilah.

 

  1. Hak Suara, Hak Bicara, dan Hak Pilih
  2. Hak Suara adalah hak yang dimiliki peserta/ Utusan untuk diperhitungakn dalam perhitungan suara bila dilaksanakan pengambilan keputusan.
  3. Hak Bicara adalah hak yang dimiliki peserta/ Utusan untuk menyampaikan usul, saran, dan pendapat.
  4. Hak pilih adalah hak yang dimiliki peserta/Utusan untuk dipilih dan memilih.
  5. Setiap Utusan mempunyai satu suara.
  6. Penyelenggara dapat membuat aturan tambahan berkenaan dengan peserta/Utusan bila dipandang perlu.

 

  1. Pimpinan Musyawarah Dewan Sugli
  2. Pimpinan Musyawarah Dewan Sugli adalah peserta yang mendapatkan fungsi khusus berupa kewajiban dan hak untuk memimpin jalannya Musyawarah Dewan Sugli sehingga dapat tercapai tujuan yang diinginkan secara berhasil guna dan berdaya guna.
  3. Pimpinan Musyawarah Dewan Sugli selanjutnya disebut presidum, yang personahinya dipilih oleh musyawarah.
  4. Unsur presidium terdiri atas

1)    Satu orang dari unsur Dewan Sugli Penyelenggara yang mendapat mandat dari Ketua Dewan Sugli Penyelenggara.

2)    Dua orang dari dua unsur Utusan yang berlainan yang dipilih oleh peserta musyawarah.

  1. Presidium terdiri atas:

1)    Satu orang Ketua Presidium

2)    Satu orang Wakil Ketua Presidium

3)    Satu orang Sekretafs Presidium

  1. Pemilihan Presidium dipimpin oleh Dewan Sugli Penyelenggara
  2. Tata cara pemilihan Presidium diatur lebih lanjut dalam Musyawarah Dewan Sugli.
  3. Kewajiban dan Hak Presidium

1)    Kewajiban Presidum adalah memimpin dan mengatur jalannya Musyawarah Dewan Sugli sehingga dapat tercapai tujuan musyawarah.

2)    Hak Presidium adalah hak yang memberikan kewenangan dan tanggungjawab bagi presidium untuk memimpin dan megatur jalannya musyawarah.

  1. Tanggungjawab Presidium

Presidium bertanggungjawab untuk melaksanakan kewajibannya dan menyerahkan hasil musyawarah kepada Kwartir melalui Dewan Sugli.

  1. Musyawarah Dewan Sugli dapat membuat tambahan ketentuan mengenai hat-hal yang berkenaan dengan presidium.

 

  1. Pendamping Musyawarah Dewan Sugli
  2. Pendamping Musyawarah Dewan Sugli adalah hal-hal yang harus dilaksanakan sebagai materi pembahasan dalam suatu Musyawarah Dewan Sugli.
  3. Pendamping Musyawarah Dewan Sugli terdiri atas unsur ahli Kwartir yang mendapat mandat Kwartir.
  4. Jumlah dan ketentuan berkenaan dengan Pendamping Musyawarah Dewan Sugli dibuat oleh Dewan Sugli Penyelenggara.

 

  1. Acara Musyawarah
  2. Acara Musyawarah Dewan Sugli adalah hal-hal yang harus dilaksanakan sebagai materi pembahasan dalam suatu musyawarah.
  3. Pada acara Musyawarah Dewan Sugli Biasa atau Musyawarah Dewan Sugli Luar Biasa sekurang kurangnya harus dicantumkan hal-hal sebagai berikut:

1)   Laporan Pertanggungjawaban

  1. a) Pertanggungjawaban atas kebijakanyang dibuat oleh Dewan Sugli dalam melaksanakan:

(1) Tugas Pokok

(2)  Rencana Kerja

  1. b) Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah pertanggungjawaban pengambilan dan pelaksanaan kebijaksanaan yang telah dilakukan Dewan Sugli berkenaan dengan pencapaian tugas pokok dan rencana kerja.

2)    Evaluasi

Evaluasi kegiatan Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya selama masa bakti dengan membandingkan antara pengambilan kebijaksanaan dan pelaksanaan yang dibuat Dewan Sugli selama masa bakti dengan pencapaian tugas pokok dan rencana kerja.

3)    Menyusun Rencana Kerja untuk Pandu HW Penghela dan Pandu HW Penuntun di wilayah kerjanya berupa arah, sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dalam satu masa bakti.

4)    Memilih calon anggota Dewan Sugli masa bakti berikutnya.

 

  1. Pengambilan Keputusan
  2. Pengambilan Keputusan adalah proses pemilihan altematif untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Musyawarah Dewan Sugli sehingga didapat suatu pilihan sebagai putusan akhir.
  3. Setiap pengambilan keputusan sedapat-dapatnya di peroleh dengan musyawarah untuk mufakat.
  4. Apabila keputusan tidak dapat tercapai melalui musyawarah, maka keputusan diperoleh melalui pengambilan suara terbanyak.
  5. Keputusan Musyawarah Dewan Sugli Istimewa baru memiliki kekuatan mengikat apabila telah mendapat persetujuan melalui referendum.

1)    Referendum adalah pengambilan keputusan yang dilakukan dengan pengambilan suara terbanyak langsung dari seluruh jajaran Dewan Sugli.

2)    Tata cara pelaksanaan referendium diatur dalam Musyawarah Dewan Sugli Istimewa tersebut dengan persetujuan Kwartir.

3)    Presidium Musyawarah Dewan Sugli Istimewa bertanggungjawab atas pelaksanaan referendum.

 

BAB X

FORMATUR

  1. Pengertian
  2. Formatur adatah peserta yang diberi kewajiban dan hak untuk memilih calon Anggota Dewan Sugli.
  3. Formatur dipilih dalam Musyawarah Dewan Sugli.

 

  1. Tugas dan Masa Tugas
  2. Formatur bertugas untuk:

1)    Memilih calon anggota Dewan Sugli

2)    Menyusun penempatan calon anggota tersebut dalam pembagian tugas dan fungsinya di Dewan Sugli.

  1. Formatur bermasa tugas selama satu bulan sejak Musyawarah Dewan Sugli berakhir.
  2. Formatur bertanggungajwab kepada Musyawarah Dewan Sugli melalui Kwartir.

 

  1. Keanggotaan Formatur
  2. Anggota Formatur terdiri atas:

1)    Unsur anggota Dewan Sugli Penyelenggara

2)    Unsur Peserta Musyawarah Dewan Sugli

  1. Jumlah anggota formatur secara keseluruhan gasal dan tidak lebih dan 9 orang
  2. Hal-hal yang berkenaan dengan tata cara pemilihan diatur dalam Musyawarah Dewan Sugli
  3. Formatur dapat menyusun hal-hal yang berkenaan dengan cara pelaksanaan tugasnya dengan persetujuan Kwartir.

 

  1. Pendamping Formatur
  2. Penasehat Formatur adalah Ahli Kwartir (yang dapat diandalkan) Kwartir yang diminta oleh Musyawarah Dewan Sugli dengan mendapat mandat dan Kwartir.
  3. Tugas Penasehat Formatur adalah memeenkan saran, usui, dan pendapat kepada formatur.
  4. Penasehat Formatur tidak memiliki hak suara.
  5. Penasehat Fromatur bertanggungjawab kepada Kwartir

 

  1. Sidang Paripurna
  2. Pengertian

Sidang Paripurna adalah pertemuan yang dilaksanakan untuk membahas kebijaksanaan yang akan dilakukan oleh Dewan Sugli dalam satu tahun kerja.

  1. Sidang Paripurna dilaksanakan di seluruh jajaran Dewan Sugli.
  2. Peserta Sidang Paripuma

1)    Peserta Sidang Paripurna terdiri atas:

  1. a) Anggota Dewan Sugli Penyelenggara
  2. b) Utusan Dewan Sugli yang berada di wilayah kerja Penyelenggara yang mendapat mandat dari Kwartirnya.
  3. c) Khusus untuk Sidang Paripurna Cabang:

(1) Peserta

(a) Anggota Dewan Sugli Cabang

(b) Utusan Dewan Kerabat, dan atau

(c) Utusan Dewan Kaum

(2) Mandat

Mandat peserta diperoleh dari Kwartir Cabang dan Pemimpin Pandu HW yang ada di Qabilah yang berpangkalan di Sekolah.

2)    Pendamping Sidang Paripurna

  1. a) Pendamping Sidang Paripurna adalah orang yang memiliki fungsi sebagai pemberi saran, usul dan pendapat dalam pelaksanaan Sidang Paripurna.
  2. b) Pendamping Sidang Paripurna terdiri atas Ahli Kwartir (orang yang dapat diandalkan Kwartir) dan atau Staf Kwartir yang mendapat mandat dan Kwartir.
  3. c) Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan Sidang Paripurna diatur oleh Dewan Sugli Penyelenggara.

 

  1. Rapat-rapat
  2. Pengertian Rapat adalah pertemuan yang diselenggarakan oleh Dewan Sugli untuk membahas hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas pokok Dewan Sugli.
  3. Jenis Rapat

1)    Rapat Pleno

  1. a) Rapat Pleno adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Sugli untuk merumuskan kebikaksanaan yang akan diambil oleh Dewan Sugli.
  2. b) Rapat Pleno merupakan forum tertinggi di dalam Dewan Sugli untuk mengambil keputusan.

2)    Rapat Pimpinan

Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh pimpinan Dewan Sugli, untuk mengejawantahkan kebijaksanaan umum yang digariskan dalam rapat pleno.

3)    Rapat Bidang

Rapat Bidang adalah rapat yang diselenggararakan oleh anggota bidang untuk menjabarkan kebijaksanaan umum sesuai dengan bidangnya.

4)    Rapat Pimpinan Harian

Rapat Pimpinan Harian adalah rapat yang diselenggarakan oleh Pimpinan Harian untuk membahas pelaksanaantugasnya.

5)    Rapat Konsultasi

Rapat konsultasi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Sugli dalam melaksanakan tugas pokoknya yang berhubungan dengan Kwartir.

6)    Rapat Koordinasi

Rapat koordinasi adalah rapat yang diselenggarakan Dewan Sugli untuk membahas suatu permasalahan yang melibatkan pihak lain.

  1. Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan rapat dapat diatur oleh Dewan Sugli.