Muhammadiyah & Hizbul Wathan Diminta Adaptif dengan Perubahan Zaman

Staf Khusus Menko PMK, Ravik Karsdini, menilai karakter Hizbul Wathan perlu direvitalisasi menyesuaikan perkembangan zaman.

FOTO : Staf Khusus Menteri Koordinator PMK, Ravik Karsidi, memberikan paparannya saat Seminar Nasional Kepanduan Hizbul Wathan Program Gerakan Nasional Revolusi Mental di Hotel Sahid Jaya Solo, Sabtu (6/11/2021)

SOLO — Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ( HW ) harus berani melakukan revitalisasi organisasi untuk memperkuat karakter anggota. Revitalisasi itu penting di tengah perubahan besar dunia di era teknologi informasi.

Revitalisasi dimaksud terkait habit atau kebiasaan dalam pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjang organisasi.

Penuturan itu disampaikan Staf Khusus Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Ravik Karsidi, saat menjadi pembicara Seminar Nasional Kepanduan Hizbul Wathan Program Gerakan Nasional Revolusi Mental di Hotel Sahid Jaya Solo.

“Kalau esensi nilai-nilainya sudah baik, termasuk dalam akhlakul kharimah. Persoalannya sekarang adalah dalam konteks penguatan karakter, apa yang dulu dimiliki HW direvitalisasi sekarang ini supaya tidak tertinggal. Itu yang saya sebut harus adaptif, menyesuaikan perkembangan zaman,” terang dia, Sabtu (6/11/2021).

Mantan Rektor UNS Solo dua periode itu menjelaskan di era revolusi industri 4.0 sekarang ini fenomena perkembangan teknologi informasi sangat luar biasa. Bahkan era digitalisasi ini mampu membolak-balikkan paradigma masyarakat. Selain pesatnya perkembangan teknologi informasi, peradaban masyarakat berubah drastis.

Kondisi itu terjadi karena interaksi masyarakat yang tidak lagi di skala lokal atau nasional, melainkan juga internasional. Fenomena tersebut menurut Ravik membuat terjadinya benturan peradaban masyarakat dunia. “Karena yang berinteraksi adalah multi bangsa, sehingga anak-anak sekarang menjadi bingung,” tutur dia.

Untuk itu mereka harus tetap diarahkan supaya tidak kehilangan esensi nilai-nilai. “Kata kuncinya, terjadi pertempuran peradaban. Siapa yang kuat dia yang menang, bukan tentu yang benar itu yang menang. Yang menang adalah pihak yang kuat, atau yang bisa memegang sumber daya teknologi informasi,” sambung Ravik.

Dengan fenomena seperti itu dia mendorong HW Muhammadiyah harus bisa ikut mengambil peran. Ravik juga menjelaskan pentingnya aspek kreativitas organisasi agar tidak tergerus dengan laju kemajuan zaman. Termasuk bagaimana mampu melihat dinamika dunia yang belakangan mengarah kepada isu strategis iklim.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng), Tafsir, mengatakan seminar nasional yang digelar di Solo merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter generasi muda khususnya di gerakan kepanduan HW. Materi seminar salah satunya membedah problematika bangsa ini. (is)

Read More

Related Articles